Saturday, October 10, 2015

PUNCAK GUNUNG SEMERU TAK LAGI LEBIH TINGGI DARI BOLA MATAKU


Puncak Gunung Semeru merupakan dataran tinggi yang cukup populer di telinga para pecinta adventuring. Letaknya yang fenomenal di kuadran 3671 MDPL memposisikannya sebagai kaki langit tertinggi di pulau jawa.  Ratusan hari memendam kerinduan, pengharapan untuk berjumpa, menggerakkan hati dan otak untuk menghipnotis otot tubuh dan seluruh persendian agar giat berlatih supaya bisa bertemu sang kekasih, maha meru yang katanya tempat singgah para dewa.
Bukan sebuah prestasi yang dicatatkan dalam rekor MURI hanya karena berhasil menggapai puncak tertinggi jawa ini, bukan. Apalagi dicatatkan dalam daftar orang-orang hebat dan kuat di seluruh bumi, sama sekali bukan. Dan mungkin hanya saya sendiri yang mengganggap ini sebagai prestasi, lebih tepatnya prestasi pribadi.

Bayangkan saja, seonggok daging bernyawa berbalut kulit sawo matang yang egois ini berusaha keras untuk menaklukkan egonya. menjalankan saran-saran orang untuk berlatih berbulan-bulan, lari pagi, lari sore, push up, sit up dan beragam latihan fisik lainnya. Lebih susah lagi berlatih melebarkan kuping, melapangkan hati, membuka pikiran untuk memasukkan semua saran yang kemudian disortir satu persatu oleh mahluk Tuhan yang mengaku bersifat paling rasional, yaitu akal.
Belum selesai disitu saja. Perjalanan melelahkan Jember-Lumajang; terjalnya jalan setapak yang menghubungkan  Desa Pani dengan Ranu Kumbolo; dingin malam Ranu Kumbolo yang mencekam; panas terik matahari oro-oro ombo, cemoro kandang, Jambangan, hingga kali mati; lubang-lubang lebar menganga di gelap malam Arcopodo yang menunggu korban; bentangan pasir selimut Mahameru yang miring sekitar 60 derajat sampai puncak, melangkah lima langkah tapi mundur lagi tiga langkah ditambah bebatuan raksasa yang siap menggelinding kapanpun Tuhan menitahinya atau bahkan menghantam kepala siapa saja yang sudah dituliskan takdir baginya untuk dikenainya; kesemuanya itu merupakan training singkat meningkatkan kesabaran, ketelitian, kewaspadaan, kepedulian kepada sesama, ketahanan tubuh, dan beragam karakter tangguh yang akan semakin mantap jika terus dikembangkan pasca pendakian.
Prestasinya bukan terletak pada “sampai di puncak semeru di jam 05:26, pada sunrise 26 September 2015” yang lalu. Prestasinya terletak pada “usaha mengalahkan ajakan nafsu untuk menyerah dan turun menikmati keindahan sunset ranu kumbolo sebelum sempat merasakan hangat mentari pagi di puncak mahameru”. Kamu adalah apa yang kamu pikirkan, kalau kamu berpikir bahwa kamu bisa, maka kamupun akan bisa. Puncak semeru yang biasa dilihat dengan mendongakkan kepala, kini tak lebih tinggi dari dua bola mata yang meneteskan airmata, takjub kagum pada Sang Pembuatnya. Jember, 5 Oktober 2015

2 comments


EmoticonEmoticon

Info Amirenesia