Saturday, June 6, 2015

BLUE FIRE KAWAH IJEN, INDAH DAN MENANTANG

             Jember, Rabu, 03 Juni 2015. Terasa baru lewat beberapahari ketika saya dengan beberapa orang lainnya membaca doa selamat bersama-sama di kamar kos sebelum menuju ke Kawah Ijen yang terletak di  kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Kami berangkat sekitar pukul 20.15 WIJember dengan menggunakan sepeda motor, 4 orang laki-laki ( saya, Woro, Dwi, Hadi ) dan 2 orang perempuan setengah laki-laki yang secara fisik mereka adalah para perempuan, akan tetapi  dari segi mental dan nyali mereka setingkat laki-laki, statemen saya ini akan saya buktikan di akhir nanti.

Perjalanan dari Jember ke Bondowoso melalui jalan utama yang lebar dan cukup bagus, jalanan petang itu masih cukup ramai, beberapa kali kami berpapasan dengan kendaraan dari arah Bondowoso maupun mendahului dan didahului oleh kendaraan yang menuju arah Bondowoso. Secara geografis letak kabupaten Bondowoso lebih tinggi dari kabupaten Jember, tidak heran ketika memasuki Bondowoso suhu dingin mulai menyerang. Kecepatan kendaraan kami atur untuk tidak melebihi 70km/jam, karena dua orang pendekar perempuan getol tidak mau dibonceng oleh para lelaki, kami pun mengalah dan tetap mengingatkan mereka untuk hati-hati.
Perjalanan malam membelah hutan kec.Sempol Bondowoso membutuhkan kehati-hatian. Kondisi jalan hutan yang rusak berlubang merupakan tantangan yang harus diselesaikan. Berulangkali roda kendaraan kami terjebak di jalan berlubang,  dan berulang kali pula kaki kami harus menginjak tanah untuk menjaga keseimbangan kendaraan supaya tidak sampai oleng ke kiri yang merupakan jurang dalam.
Kami tiba di parkiran wisata kawah ijen sekitar pukul 23.30 WIBondowoso. Suasana malam itu begitu ramai, bisa dimaklumi hari itu bertepatan dengan hari kenaikan Isa Almasih yang dilegalkan sebagai hari libur nasional. Kami masih harus menunggu di depan loket karcis karena pendakian baru dibuka pukul 02.00 dini hari. Sambil menunggu loket dibuka kami menggelar alas plastik yang sudah kami persiapkan sebelum berangkat, duduk diatasnya, mengobrol, bercanda dan menikmati camilan yang kami bawa.
Pukul 01.30 WIBondowoso loket penjualan tiket dibuka. Woro(link) segera memesan tiket untuk kami ber-enam yang dijual seharga Rp 10.000,-. Setelah tiket di tangan kami bergegas membereskan plastik yang kami jadikan alas duduk dan segera menuju  pintu masuk gunung ijen untuk pengecekan tiket. Kami berenam berkumpul di depan pintu masuk dan setelah ada aba-aba dari petugas kami segera memulai perjalanan.
Kami memulai langkah dengan semangat penuh, perjalanan yang akan kami tempuh sepanjang 3km dengan rute berkelok yang terus naik tajam. Cuaca gelap sepanjang perjalanan malam itu membuat perjalanan semakin terasa berat, pendakian malam hari membatasi penglihatan para wisatawan terhadap keadaan lingkungan sekitar sehingga sulit memperkirakan berapa sisa perjalanan yang harus dilewati ataupun berapa lama lagi perjalanan harus dilalui. Disamping itu track pendakian di gunung ijen tidak menentu, belokan-belokan tajam yang sering dilewati menyulitkan wisatawan ke arah mana sebenarnya perjalanan dilakukan. terkadang rute berbelok 160 derajat yang disusul tanjakan tajam yang membentuk tangga berdiri. Perjalanan kami tempuh dengan langkah santai, sering  kami beristirahat karena kecapaian dan saling memotivasi serta menyemangati sesama rombongan yang mulai kendur tenaganya. Kami juga saling bantu membawakan barang yang dibawa oleh anggota rombongan. Sekitar pukul 04.30 WIBondowoso kami tiba di puncak gunung setinggi  1340 MDPL ini.
Tidak beristirahat lama, kami segera menuruni tangga yang dipahat di dinding gunung untuk menuju lokasi Blue Fire kawah ijen di ketinggian 300 MDPL. Untuk menuruni tangga batu ini diperlukan kewaspadaan tinggi, ketidak waspadaan dan ketidak hati-hatian akan membuat nyawa melayang karena jatuh ke jurang dalam. Yang perlu diperhatikan adalah banyaknya bebatuan yang tidak tertanam kuat di tanah, sehingga akan ambrol/runtuh ketika terinjak, juga banyaknya pasir dan kerikil di kemiringan tajam track jalan yang sering membuat para wisatawan tergelincir. Semakin mendekat ke lokasi kawah, aroma belerang semakin kuat tercium, aroma ini merupakan sebuah masalah bagi wisatawan yang mempunyai gangguan pernafasan. Tidak hanya aromanya saja, asap belerang yang membumbung tebal memaksa air mata keluar karena pedih dan membuat berat pernafasan. Seperti yang dialami oleh seorang sahabat saya yang hampir saja menyerah, akan tetapi semangatnya tumbuh lagi ketika dimotivasi oleh seorang sahabat kami dengan mengatakan ,”kalau kamu tidak bisa mengalahkan asap belerang pada hari ini, maka kamu akan dikalahkan asap untuk selama lamanya, ayo semangat, kalau tidak sekarang, kapan lagi”. Beruntung, kami tiba di lokasi blue fire sekitar pukul 04.30 WIBondowoso sehingga kami bisa menikmati keluarbiasaan ciptaan Tuhan dengan waktu yang lumayan lama.  Sekitar pukul 05.15 WIBondowoso kami naik ke atas gunung lagi untuk solat subuh yang dilanjutkan dengan agenda melihat mata hari terbit.


TIPS Untuk pendakian gunung Ijen, Blue Fire, dan kawah ijen
1.       Menggunakan sepatu ataupun sandal gunung, track jalan bagus.
2.       Hindari memakai sepatu tinggi maupun sandal jinjit
3.       Hindari memakai jeans
4.       Kenakan jaket tebal
5.       Kenakan penutup kepala
6.       Pakai sarung tangan
7.       Kenakan masker penutup hidung dan mulut SNI
8.       Minuman secukupnya
9.       Makanan ringan/ snack

10.   Sarung dan pakaian suci untuk solat


Foto lain 

dengan wisatawan dari Banyuwangi (cahaya biru belakang adalah Blue Fire)



Dimanapun, Solat Berjamaah harus tetap dijalankan.


awan berada di bawah kami, lihatlah pemandangan belakang





Suasana di pagi hari, di atas gunung ijen


jumlah wisatawan sangat banyak hari itu.


menuju tempat parkiran kendaraan


senang sekali si Woro






EmoticonEmoticon

Info Amirenesia