Jember, Rabu,
03 Juni 2015. Terasa baru lewat beberapahari ketika saya dengan beberapa orang
lainnya membaca doa selamat bersama-sama di kamar kos sebelum menuju ke Kawah
Ijen yang terletak di kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Kami berangkat sekitar pukul 20.15 WIJember dengan menggunakan sepeda motor, 4 orang laki-laki ( saya, Woro, Dwi, Hadi ) dan 2 orang
perempuan setengah laki-laki yang secara fisik mereka adalah para perempuan,
akan tetapi dari segi mental dan nyali
mereka setingkat laki-laki, statemen saya ini akan saya buktikan di akhir
nanti.
Perjalanan
dari Jember ke Bondowoso melalui jalan utama yang lebar dan cukup bagus, jalanan petang itu masih
cukup ramai, beberapa kali kami berpapasan dengan kendaraan dari arah Bondowoso
maupun mendahului dan didahului oleh kendaraan yang menuju arah Bondowoso.
Secara geografis letak kabupaten Bondowoso lebih tinggi dari kabupaten Jember,
tidak heran ketika memasuki Bondowoso suhu dingin mulai menyerang. Kecepatan
kendaraan kami atur untuk tidak melebihi 70km/jam, karena dua orang pendekar
perempuan getol tidak mau dibonceng
oleh para lelaki, kami pun mengalah dan tetap mengingatkan mereka untuk
hati-hati.
Perjalanan
malam membelah hutan kec.Sempol Bondowoso membutuhkan kehati-hatian. Kondisi
jalan hutan yang rusak berlubang merupakan tantangan yang harus diselesaikan.
Berulangkali roda kendaraan kami terjebak di jalan berlubang, dan berulang kali pula kaki kami harus
menginjak tanah untuk menjaga keseimbangan kendaraan supaya tidak sampai oleng
ke kiri yang merupakan jurang dalam.
Kami tiba di
parkiran wisata kawah ijen sekitar pukul 23.30 WIBondowoso. Suasana malam itu
begitu ramai, bisa dimaklumi hari itu bertepatan dengan hari kenaikan Isa
Almasih yang dilegalkan sebagai hari libur nasional. Kami masih harus menunggu
di depan loket karcis karena pendakian baru dibuka pukul 02.00 dini hari.
Sambil menunggu loket dibuka kami menggelar alas plastik yang sudah kami
persiapkan sebelum berangkat, duduk diatasnya, mengobrol, bercanda dan
menikmati camilan yang kami bawa.
Pukul 01.30
WIBondowoso loket penjualan tiket dibuka. Woro(link) segera memesan tiket untuk
kami ber-enam yang dijual seharga Rp 10.000,-. Setelah tiket di tangan kami
bergegas membereskan plastik yang kami jadikan alas duduk dan segera
menuju pintu masuk gunung ijen untuk
pengecekan tiket. Kami berenam berkumpul di depan pintu masuk dan setelah ada
aba-aba dari petugas kami segera memulai perjalanan.
Kami memulai
langkah dengan semangat penuh, perjalanan yang akan kami tempuh sepanjang 3km
dengan rute berkelok yang terus naik tajam. Cuaca gelap sepanjang perjalanan malam
itu membuat perjalanan semakin terasa berat, pendakian malam hari membatasi
penglihatan para wisatawan terhadap keadaan lingkungan sekitar sehingga sulit
memperkirakan berapa sisa perjalanan yang harus dilewati ataupun berapa lama
lagi perjalanan harus dilalui. Disamping itu track pendakian di gunung ijen
tidak menentu, belokan-belokan tajam yang sering dilewati menyulitkan wisatawan
ke arah mana sebenarnya perjalanan dilakukan. terkadang rute berbelok 160
derajat yang disusul tanjakan tajam yang membentuk tangga berdiri. Perjalanan
kami tempuh dengan langkah santai, sering
kami beristirahat karena kecapaian dan saling memotivasi serta
menyemangati sesama rombongan yang mulai kendur tenaganya. Kami juga saling
bantu membawakan barang yang dibawa oleh anggota rombongan. Sekitar pukul 04.30
WIBondowoso kami tiba di puncak gunung setinggi 1340 MDPL ini.
Tidak
beristirahat lama, kami segera menuruni tangga yang dipahat di dinding gunung
untuk menuju lokasi Blue Fire kawah ijen di ketinggian 300 MDPL. Untuk menuruni
tangga batu ini diperlukan kewaspadaan tinggi, ketidak waspadaan dan ketidak
hati-hatian akan membuat nyawa melayang karena jatuh ke jurang dalam. Yang
perlu diperhatikan adalah banyaknya bebatuan yang tidak tertanam kuat di tanah,
sehingga akan ambrol/runtuh ketika terinjak, juga banyaknya pasir dan kerikil
di kemiringan tajam track jalan yang sering membuat para wisatawan tergelincir.
Semakin mendekat ke lokasi kawah, aroma belerang semakin kuat tercium, aroma
ini merupakan sebuah masalah bagi wisatawan yang mempunyai gangguan pernafasan.
Tidak hanya aromanya saja, asap belerang yang membumbung tebal memaksa air mata
keluar karena pedih dan membuat berat pernafasan. Seperti yang dialami oleh
seorang sahabat saya yang hampir saja menyerah, akan tetapi semangatnya tumbuh
lagi ketika dimotivasi oleh seorang sahabat kami dengan mengatakan ,”kalau kamu
tidak bisa mengalahkan asap belerang pada hari ini, maka kamu akan dikalahkan
asap untuk selama lamanya, ayo semangat, kalau tidak sekarang, kapan lagi”.
Beruntung, kami tiba di lokasi blue fire sekitar pukul 04.30 WIBondowoso
sehingga kami bisa menikmati keluarbiasaan ciptaan Tuhan dengan waktu yang
lumayan lama. Sekitar pukul 05.15
WIBondowoso kami naik ke atas gunung lagi untuk solat subuh yang dilanjutkan
dengan agenda melihat mata hari terbit.
TIPS Untuk pendakian gunung Ijen, Blue Fire, dan kawah ijen
1. Menggunakan sepatu ataupun sandal gunung, track jalan bagus.
2. Hindari memakai sepatu tinggi maupun sandal jinjit
3. Hindari memakai jeans
4. Kenakan jaket tebal
5. Kenakan penutup kepala
6. Pakai sarung tangan
7. Kenakan masker penutup hidung dan mulut SNI
8. Minuman secukupnya
9. Makanan ringan/ snack
10. Sarung dan pakaian suci untuk solat
Foto lain
dengan wisatawan dari Banyuwangi (cahaya biru belakang adalah Blue Fire)
Dimanapun, Solat Berjamaah harus tetap dijalankan.
awan berada di bawah kami, lihatlah pemandangan belakang
Suasana di pagi hari, di atas gunung ijen
jumlah wisatawan sangat banyak hari itu.
menuju tempat parkiran kendaraan
senang sekali si Woro
EmoticonEmoticon