Wednesday, July 22, 2015

JANGAN MEMBANDING-BANDINGKAN; NIKMATI KEBERANEKARAGAMAN

Tags

Belitang 3. Semilir angin malam ini lembut menemani tarian jemari di atas kotak-kotak dance keyboard. Dua lagu karangan Wandra tak terasa sudah berlalu bersama dengungan nyamuk yang beterbangan di sekitar mencari lokasi yang pas untuk mendarat dan melampiaskan nafsu laparnya. Di kejauhan, lamat-lamat terdengar suara Iqomah yang menandakan dimulainya jama’ah sholat Isya’.
Malam-malam di Desa Sukanegara yang masuk dalam kawasan Kecamatan Belitang 3, Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera Selatan memang dapat dibilang sepi. Masyarakat desa lebih memilih untuk berdiam di rumah, berkumpul bersama keluarga, daripada bergerombol di rumah-rumah tetangga, meskipun ada beberapa orang yang mempunyai hobi kumpul-kumpul di pinggiran jalan yang kami sebut dengan cangkrukan.
Entah sejak kapan kebiasaan dan tradisi cangkrukan ini dimulai. Tidak perlu terlalu banyak mengetahui asal-usulnya, toh ini-pun tidak menjadi salah satu bahan pertanyaan yang bakal diajukun oleh munkar-nakir di dalam kubur nanti.

Baik masyarakat yang memilih diam dalam rumah bersama keluarga, maupun mereka yang memilih untuk cangkrukan bersama teman dan kolega, masing-masing mempunyai hujjah dan alasan yang menjadi dasar dari perbuatan mereka. Jadi tidak usah memancing-mancing timbulnya pro-kontra di tengah masyarakat dengan menanyakan, “mana yang lebih baik antara berkumpul dengan keluarga ataukah cangkrukan bersama teman dan kolega ?”. keduanya sama-sama makhluk Tuhan yang diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pertanyaan dan pernyataan dengan grand tema perbandingan antara dua hal atau lebih seringkali menyisakan sesal dan sakit hati. Misalkan saja pertanyaan mana yang lebih baik antara pacarmu yang pertama atau pacarmu yang kedua. Antara pacar pertama dan pacar kedua pasti mempunyai sifat dan karakter yang berbeda, pun mereka punya kebaikan yang berbeda dan keburukan yang berbeda pula.
Begitu pula pernyataan orang tua yang mengatakan bahwa anakku yang pertama lebih baik dari pada anakku yang kedua, ketiga dan seterusnya. Usut punya usut, ternyata anak pertama sering memberi uang, barang-barang dan beragam fasilitas kepada orangtuanya, sedangkan anak yang nomor dua tidak, karena memang berkendala dari segi ekonomi. Untuk menafkahi  anak-anaknya saja kurang, apalagi harus diberikan lebih banyak kepada orang tuanya.
Ahh,, saya mah belajar untuk menikmati bintang-bintang dalam keberaneka- ragamannya tanpa membanding-bandingkan bintang yang itu lebih terang, bintang yang di sana lebih besar, bintang yang itu lebih merah, dan lain sebagaimana. Juga nggak bawel dengan membanding-bandingkan satu pohon kelapa dengan pohon kelapa yang lainnya, yang sana lebih tinggi, yang situ lebih ranum, yang situ lebih basar, dan lain sebagainya. Antara satu bintang dengan bintang yang lain, antara pohon kelapa yang satu dengan yang lain memiliki ke-khasannya masing-masing. Jadi tidak usah dibanding-bandingkan.
Begitu pula, jangan pernah membandingkan saya dengan apapun, dengan siapapun, tolong jangan pernah. Rabu, 22 Juli 2015; 21:46 WIB



EmoticonEmoticon

Info Amirenesia