Sunday, June 25, 2017

'Kaum Tengah': Jalan Ini Masih Sama



                Idealisme dalam diri seseorang ibarat nyawa di dalam tubuh. Tubuh tanpa nyawa akan kehilangan fungsi kesejatiannya. Seseorang tanpa idealisme akan kehilangan harganya. Demikian pentingnya nilai sebuah idealisme. Idealismelah yang menentukan arah bahtera perjuangan mengarungi laut kehidupan.


                Lahir dan dibesarkan dalam lingkungan santri memiliki peran penting dalam pembentukan minsed idelogi kita. Tanpa membutuhkan pengukuhan ataupun surat keputusan (SK), kita merasa memiliki tanggungjawab untuk mengkampanyekan ideologi religiusitas. Mempromosikan nilai-nilai agama dalam setiap tapak lini perjuangan.
                Dalam hal ini kita memilih jalur tengah yang dalam Al-Quran diperkenalkan dengan istilah “ummatan wasathon”, atau “kaum tengah”. Kita mencintai ide-ide maupun doktrin ajaran agama cinta yang menginginkan ending setiap perjungannya adalah cinta. Tentu saja hal seperti ini sangat berat. Menjadi “kaum tengah” tidak berarti netral dan buta terhadap salah dan benar. Justeru menjadi kaum tengah dituntut untuk selalu mengedepankan kebenaran tanpa memandang latarbelakang organisasi, madzhab, suku, ras atau agama seseorang sekalipun.
                Tidak jarang ide-ide yang disampaikan mendapat apresiasi dan sorak kegembiraan dari mereka yang merasa sama sepemahaman. Namun tidak jarang juga dipojokkan dan disudutkan oleh mereka yang merasa risih ataupun prihatin terhadap gagasan yang disampaikan. Semua itu tidaklah menjadi masalah karena yang dicari bukanlah tepuk tangan dan sorak-sorai pujian. 
Sumber photo: murfittsindustries.com

                Tidak jarang pula orang yang semula menyetujui dan memuji-muji dan pada saat yang lain berubah membenci bahkan memusihi. Kadang kala kita menjadi sasaran ‘kaum kiri’, kadang kala kitapun diserang habis oleh mereka yang merasa sebagai ‘orang kanan’. Pun itu semua bukanlah masalah karena kita tidak dituntut untuk membuat semua orang untuk mencintai kita. Toh mereka yang membenci tidaklah berguna ketika disodori beribu pembelaan dari kita. Life must go on, kan ? .
                Satu hal yang harus terus kita lakukan adalah terus meningkatkan diri dengan cara menambah bacaan. Bahan bacaan bukan hanya tulisan dalam buku maupun rentetan kalimat dalam lembara-lembar tercetak, melainkan semua pelajaran yang disampaikan Tuhan melalui ayat-ayat semesta. Lagian, semua orang adalah guru dan alam raya adalam sekolah yang lengkap dengan bangku, meja dan segala aksesorisnya.
                Kalau ditanya mengenai masa depan: salah satunya semoga Allah mempermudah kita untuk membuat sebuah lembaga pendidikan yang menampung segala jenis keilmuan tanpa membedakan ini ilmu agama, itu ilmu umum, itu ilmu sosial, itu ilmu sains. Karena hakikat semua keilmuan adalah sama, sejenis, yang bersumber dari Tuhan melalui agama yang Dia ciptakan. Insyaallah jalan ini masih sama hingga detik 1 syawwal 1438H/ 25 Juni 2017 ini. Kadang menapak, kadang lurus, dan kadang berliku. Kadang turun, kadang menanjak, kadang berlubang dan menghentak. tapi tenang saja menghadapi itu semua jika kita sudah menganggapnya inilah jalan yang benar.  

*Jika berkenan ubahlah kata kita menjadi saya (penulis). Wallahu alam. 01:50 WIB, Darul Hikmah
               
               

1 comments so far

Islam sdh menyempurnakan setiap pilihan manusia sejak dari awal, ia adl rahmat bagi semesta. Manusialah yg akhirnya mengkategorikan jalan kanan, kiri, atau tengah. Bukankah toleransi dan saling menghargai esensinya adl dasar? Selamat merayakan jalan yg dipilih :)


EmoticonEmoticon

Info Amirenesia