Dulu
sekali, ketika agama Islam baru diperkenalkan di Makkah oleh Nabi, ummat Islam
Makkah mendapat tekanan hebat dari kaum Kafir Quraisy. Beragam gangguan mulai
dari cacian, siksaan dan penganiayaan merupakan hidangan tak lezat yang selalu mengisi meja makan kaum Muslimin.
Kekurangan bahan makanan, kerasnya siksaan, pandangan-pandangan sinis
masyarakat merupakan ujian keimanan yang sangat berat bagi para muallaf saat
itu. Kaum muslimun yang saat itu
merupakan kaum minoritas selalu menjadi bulan-bulanan para Kafiruun yang
merupakan mayoritas. Kafir Quraisy Makkah tidak rela jika agama Islam yang
mereka anggap agama setan berkembang dan memiliki bangak penganut,
mereka
menghalang-halangi orang yang akan memeluk Islam dan berusaha mengahancurkan
Islam dengan segala macam cara. Melihat hal ini, Rasulullah Muhammad S.A.W
sebagai pemimpin dan panglima utama umat Islam mengambil langkah strategis
dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berhijarah ke negara-negara tetangga.
Proses hijrah tidak berjalan mudah karena kaum kafir Quraisypun berusaha keras
untuk menghalang-halangi hijrahnya kaum muslimin ini. Untuk mensiasati hal ini,
hijrah dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, dan hijrah pun dilakukan dalam beberapa tahap
untuk menghindari terendusnya mobilisasi
massa.Dulu sekali, ketika agama Islam baru diperkenalkan di Makkah oleh Nabi, ummat Islam Makkah mendapat tekanan hebat dari kaum Kafir Quraisy. Beragam gangguan mulai dari cacian, siksaan dan penganiayaan merupakan
Nagara-negara
tetangga yang menjadi tujuan hijrah para muhajiriin (orang yang berhijrah) pun
berbeda cara dalam memberikan penyambutan. Ada negara yang menyambut dengan
sangat baik dengan sikap kekeluargaan, ada negara yang menyambut dengan
persyaratan, dan ada juga yang menolak mentah-mentah para imigran (muhajirin) .
Berkat pertolongan Allah, kaum muhajirin terselamatkan dengan cara-cara yang
Allah kehendaki.
Empat
belas abad sudah berlalu. Aroma antipati terhadap Islam di negara-negara yang
umat Islam menjadi minoritas masih tetap
saja ada hingga saat ini. Muslim Rohingya contohnya, terjadi penangkapan yang liar
dan sewenang-wenang terhadap etnis Rohingya yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar.
Bukan hanya ditangkapi saja, etnis Muslim Rohingya juga dibantai dan ditolak
kehadirannya di Myanmar. Beberapa kalangan sepakat bahwa Rohingya telah
didiskriminasi secara sistemik oleh pemerintah Myanmar selama beberapa
dasawarsa. Yang lebih menyedihkan lagi, presiden Myanmar, Thein Sein
mengeluarkan pernyataan kontroversial untuk mengusir Muslim Rohingya sebagai
penyelesaian konflik bernuansa Etnis dan agama itu. Bahkan dia menawarkan
kepada PBB jika ada negara yang bersedia menampung mereka untuk ditampung saja.
Berdasarkan
data pemerintah Myanmar, sejak insiden kekerasan pertama kali terjadi, sebanyak
78 warga Rohingya tewas, sementara 90 ribu penduduk minoritas telah kehilangan
rumah dan harus hidup di penampungan. Dari data tidak resmi, korban tewas hampir
mencapai 650 jiwa. Pembantaian etnis Rohingya bermula dari dibunuhnya sepuluh
orang Muslim Rohingya dalam perjalanan menggunakan bis.
Nasib
Muslim Rohingya semakin mengerikan. Di negara sendiri mereka dianggap penduduk
yang Illegal, lalu mereka dibantai dan diusir. Pemerintah Myanmar menganggap
mereka adalah pendatang haram dari Bangladesh. Ketika Musim Rohingya berusaha
mencari suaka ke Bangladesh, mereka ditolak dan dikembalikan lagi ke Myanmar,
di Myanmar diusir dan di Bangladesh di tolak. Tidak putus asa mereka berusaha
mencari perlindungan dan suaka ke negara lain dan hasilnya sama, banyak negara
yang tidak welcome untuk menerima
mereka, seandainya mereka bukan muslim pasti akan lain ceritanya. Tidak ada
pilihan lain selain naik sampan dan menaklukkan ganasnya samudera demi mencari
pertolongan. Banyak diantara mereka yang gagal sehingga tewas dan tenggelam dilautan,
namun ada juga beberapa yang berhasil menggapai daratan.
Diantara
mereka yang selamat ada yang sampai ke Indonesia, mereka kini ditampung di
Kuala Cangkoi, Tanah Pasir, Aceh Utara. Kaum muhajirin (imigran) Rohingya
disambut oleh kaum Anshor (penolong) Aceh dengan sambutan yang hangat. Beragam
bantuan terus berdatangan dari para dermawan, dari beragam etnis, suku, dan
agama. Sangat mengecewakan aksi penolakan imigran oleh sejumlah negara;
myanmar, Myanmar, Bangladesh, Malaysia, Thailand, Australia. Bahkan pemerintah
Indonesia-pun semula berniat untuk menolak para imigran ini, karena mendapat
kecaman dari berbagai pihak, niat tersebut tidak terealisasi. Kisah perjalanan
Muslim Rohingya ini betul-betul mirip kisah hijrah Nabi beserta sahabat yang
menyelamatkan diri dari Kafir Quraish yang kemudian ditampung dan ditolong oleh
orang-orang Anshor. Bedanya, rasulullah Muhammad SAW berhijrah minal Makkah ilal Madinah (dari Makkah
ke Madinah), sedangkan Muslim Rohingya berhijrah minal Myanmar ilaa Indonesia (Dari Myanmar ke Indonesia)
Untuk menolong kaum terusir seperti mereka seharusnya jangan mempertimbangkan dan
memilih-milih berdasar agama yang sama, kecocokan ras ataupun suku. Dengan
menyadari eksistensi kita sebagai sesama
manusia seharusnya hati sudah tergerak untuk mengulurkan tangan memberikan
bantuan. Dengan “tahu diri” dan “menyadari” bahwa kita adalah manusia, seharusnya
tangan bergerak untuk memberikan pertolongan. Ahlan
wasahlan fi Indonesia yaa Ikhwah fiddiin, Selamat datang saudaraku di
Indonesia. Semoga pemerintah dan penduduk negeri ini betul-betul manusia lahir batin,
bukan hanya fisiknya saja yang berbentuk manusia, tapi juga jiwanya.
Seandainya
mereka diusir dari Indonesia, mau kutaruh mana mukaku di hadapan pengadilan
Tuhan nantinya ? kamar kosan, Rabu, 27 Mei 2015. 06:02 WIBagian Kos-kosan
#Tuhan, jadikan aku manusia seutuhnya.
Baca Juga:
EmoticonEmoticon