Wednesday, May 13, 2015

PERINTAH UNTUK MENJADI YANG TERBAIK

Tags


Tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan cara berfikir manusia akan bertambah dengan pertambahan usia serta semakin banyaknya pengalaman hidup. Saya ingin anda semua untuk menyelam sebentar berkeliling ke dasar samudra kehidupan masa lalu, ingatlah kembali apa-apa yang pernah anda alami di setiap fase-fase kehidupan dalam setiap tahapan usia; usia satu tahun bisa berbuat apa saja, usia dua  tahun bisa melakukan apa, usia tujuh tahun memiliki prestasi apa, usia empat belas tahun sudah menyumbangkan apa saja, hingga sekarang sudah berhasil menjadi apa? Pun jika dahulu anda memiliki satu, dua, puluhan
atau bahkan jutaan cita-cita, sudahkah cita-cita itu terlaksana semuanya ? jikapun belum terlaksana semuanya, “kira-kira” berapa persen yang sudah terlaksana ?
            Menyelamlah lebih dalam dan telitilah apapun yang ada di dasar samudera pemikiran anda dan temukan, apakah diri anda sekarang, pemikiran-pemikiran anda, tingkatan hidup anda, keimanan anda yang sekarang sudah lebih baik dari sebelumnya? Karena “sesiapa yang hari ininya lebih baik daripada hari kemarin maka dialah orang yang beruntung, sesiapa yang hari ininya sama dengan harinya yang kemarin maka dia adalah orang yang merugi, dan sesiapa yang hari ininya lebih buruk dari hari kemarin maka dia adalah orang yang terlaknat” (Al-hadis).
            Mari kita satukan persepsi dan pemikiran dengan berangkat bersama menuju permukaan samudra melalui sebuah ayat motivasi “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (Al-Imron:110). Ayat ini dengan gamblang dan tegas memproklamirkan bahwasanya “Umat Islam adalah ummat yang terbaik”, tidak penting dari suku apa, dari golongan apa, dari bangsa mana,  ataupun dari kelompok Islam yang mana, yang penting beragama Islam maka dia masuk kedalam golongan umat yang terbaik. Menyikapi ayat ini jangan lantas kita sebagai muslim berbangga diri. Pemaknaan dan penggunaan ayat sepotong-sepotong sering kali akan menyesatkan jalan hidup manusia. Kiranya kita lebih bijak bersabar untuk melanjutkan membaca kalimat selanjutnya yang merupakan prasyarat untuk disebut umat terbaik, yaitu umat yang “menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.
Di sisi samudera yang sama kita akan menemukan sebuah ayat yang berbunyi “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk” (Al-bayyinah:7). Dua hal yang harus kita pahami, harus kita mengerti, yang selanjutnya harus kita laksanakan untuk bisa lulus dengan mendapat predikat “sebaik-baik mahluk”, atau mahluk yang paling baik dari seluruh mahluk, yaitu “iman” dan “amal saleh”. Pengaplikasian kata “iman” dalam kehidupan sehari-hari lebih dalam dari sekedar percaya bahwasanya Allah adalah Tuhan dan Muhammad S.A.W adalah nabi utusan Tuhan. Jika anda memaknai kata “iman” hanya sebatas pada kesaksian atas ketuhanan Allah dan kenabian Muhammad, maka cukuplah tingkatan anda hanya sebatas pada posisi “Muslim” atau orang yang beragama Islam. Samudra makna “iman” jauh lebih luas dari itu semua, bahkan hingga ke taraf “berserah diri, tunduk, patuh kepada seluruh perintah dan titah yang diserukan Allah”. Sedangkan “amal soleh” adalah kebaikan-kebaikan yang didasarkan pada aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah. Pada hakikatnya Allah hanya menyuruh kepada kebaikan, maka seluruh kebaikan yang ada pada intinya berasal dari Allah. Sudahkah kita beriman? Sudahkah kita beramal saleh? Pantaskah kita menyandang predikat “sebaik-baik mahluk”?
Bukan hanya hadis dan ayat Al-qur’an di atas saja yang menyampaikan perintah untuk menjadi muslim paling baik dan paling maju. Hadis lain yang sangat fenomenal menyebutkan bahwa “mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah”. Pemaknaan dari kata kuat tidak sebatas pada kekuatan otot dan kekuatan fisik saja, akan tetapi juga kekuatan iman, kekuatan ekonomi, kekuatan politik, kekuatan sosial, kekuatan budaya, kekuatan keamanan maupun kekuatan pertahanan. Apa bila kita sudah beriman dengan sebenar-benarnya iman, hal apapun yang kita urusi akan selalu kita lakukan berlandaskan pada keimanan kepada Allah SWT.
Pertanyaan paling mendasar yang harus selalu kita ajukan kepada diri kita sendiri adalah, “sudahkah kita beriman dengan sebenar-benarnya iman?”. Jika takaran keimanan kita belum memuaskan maka ikuti petunjuk Allah melalui ayat “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (Al- Imron:133)        



EmoticonEmoticon

Info Amirenesia