Wednesday, July 1, 2015

ANTARA KUPON BERBUKA PUASA DAN HUKUM DI NEGARA KITA

Tags

          Jember. Bulan Romadhon tahun 2015 ini intensitas kunjungan dan kehadiran saya dimasjid semakin meninggi. Alasannya cukup realistis, untuk mendapat buka secara puasa gratis, ini menyangkut kebutuhan perut yang harus dipenuhi dengan mempertimbangkan tingkat ketebalan kantong celana para mahasiswa. Untuk lebih menimbulkan kesan agamis keberangkatan ke masjid dinitkan untuk mendengarkan ceramah agama, seandainya nasib apes tidak kebagian kupon, masih berungtung bisa mendengarkan kajian-kajian agama. 
           Peminat makanan gratis yang sebetulnya disediakan untuk para shooim (orang yang berpuasa)  di masjid Al-Bait Al-Amin alun-alun Jember sangatlah tinggi. Bukan hanya para mahasiswa saja yang antusias untuk menghadirinya, namun juga bapak-bapak, ibu-ibu, kakek-nenek, anak-anak usia sekolah SMA, SMP, SD, TK, dan balita pun tidak asing terlihat menunggu saatnya kupon dibagikan oleh panitia.
             Barisan depan seringkali dipenuhi oleh anak-anak, mereka mengikuti ceramah dari awal dimulainya acara hingga pembagian kupon terlaksana, luar biasa sekali dan ini merupakan tamparan bagi saya yang selalu telat, dan  datang mendekati waktu pembagian kuponnya. Namun ada hal yang sering membuat jengkel, gemes, atau bahkan marah pada tingkah anak-anak ini pada waktu pembagian kupon. Kebiasaan yang berlaku disini, kupon dibagikan berurutan dari jamaah yang duduk di pojok paling depan baik kiri maupun kanan, setelah itu berjalan kesamping dan berurutan hingga barisan paling belakang, naah pada saat panitia yang sedang membagikan kupon berjalan membagikan ke belakang inilah para copet beraksi. Mereka yang sebenarnya sudah mendapatkan kupon langusung menyelinap dan kembali duduk mengambil antrean di belakang. Ini lho yang sering membuat saya mengurut dada menyaksikan tingkah mereka. Di satu sisi ada yang memegang 2-3 kupon dan di sisi lain ada yang kecewa karena tidak mendapat kupon. Namun bila kita berbicara tentang legalitas, sah-sah saja mereka mendapat 2, 3, 4 kotak atau bahkan 20 kotak nasi bila itu semua diperoleh dengan penukaran kupon.
                   Pernah suatu kali sahabat saya tidak mendapatkan kupon, kamipun menunggu pembagian nasi hingga pemegang kupon terakhir mendapatkan jatahnya, walhasil dia benar-benar tidak kebagian kotakan berisi nasi. Akhirnya kamu makan sekotak berdua. Di bawah meja saya melihat kotok-kotak nasi masih tersisa banyak yang katanya bagiannya panitia. setelah kami makan, panitiapun makan, lalu mereka pulang, dan uniknya banyak diantara panitia yang sudah makan bersama kami ketika pulangpun masih menggondol kotak yang masih berisi, ada yang membawa 2, ada yang membawa 3. Namun lagi-lagi bila kita berbicara tentang legalitas sebenarnya hal ini sah-sah saja. misalnya panita yang membagikan kupon memberikan 3 atau 4 kupon ke rekan panitia yang lain, ataupun 2 kupon untuk dirinya sendiri, hal ini ya boleh saja, toh mereka sudah didelegasikan untuk membagikan kupon oleh sang ketua.
             Sambil makan berdua otak saya mikir, memang seperti inilah konsekwensi hukum dan peraturan yang dibuat oleh manusia. Pertimbangan mereka membuat hukumpun  demi kepentingan perut pihak-pihak yang difikirkan oleh mereka, namun yang harus sering sering diingat adalah pihak-pihak yang mana saja yang mereka fikirkan ? apakah pihak-pihak yang sedang bermusyawarah membuat undang-undang saja atau  pihak-pihak yang mendukung mereka, atau pihak yang mana ?
           Sekarang banyak undang-undang gila yang lahir dari fikiran-fikiran mereka. Ada UU tunjangan menteri, ada UU dana Aspirasi, UU Minyak dan Gas Bumi, UU Mineral dan Batubara, UU Sumberdaya air, Undang-undang panas bumi , dan lain sebagainya yang kesemuanya justru banyak merugikan wong cilik. Kalau ini tetap dibiarkan terjadi maka kedepannya akan sangat berbahaya. Karena UU adalah "Kupon" yang melegalkan segala perbuatan. Bila kuponnya dibuat dan dibagikan asal-asalan bisa dipastikan banyak pihak yang akan dirugikan. Sekedar opininya anak labil, kalau banyak salah tolong diluruskan.
                       

Foto di Masjid Annur, Jl PB Sudirman Jember


Foto di depan masjid Al Bait Al Amin Jember 




EmoticonEmoticon

Info Amirenesia