Tuesday, December 20, 2016

Ritual Supaya Cinta Abadi ala Masyarakat Melayu Pulau Penyengat


                        

             Nama “pulau penyengat” dipilih sebagai identitas pribadi pulau lantaran banyaknya “hawan penyengat” yang kerasan berdomisili di pulau seluas sembilan(9)an hektar ini. Hewan penyengat yang dimaksud adalah ‘tawon’ alias ‘lebah’, Si penghasil madu. Madu aseli, bukan madu isteri number two and three. Dengan gamblang sejarah menelanjangi situs peninggalan kesultanan Melayu yang ada di kawasan kepulauan Riau ini. Cukup merogoh kocek sebesar Rp 10.000 untuk menyeberang dari pelabuhan Punggur, Tanjung Pinang menuju pulau penyengat dengan waktu tempuh 20an menit menggunakan “pompong”.  Untuk menjelajahi  pulau penyengat silahkan klik tulisan berwarna kuning.



                    Selain kepercayaan bahwa meminum air dari sumur alami di bawah kantor balai adat bisa menjadi perantara terkabulnya doa kepada Sang Maha Pengabul Doa, jamak masyarakatpun sudah mengetahui kepercayaan bahwa mengunjungi pulau penyengat “bersama pacar” bisa menyebabkan hubungan pacaran berantakan alias “PUTUS”. Beragam cerita dengan beraneka versi menambahi bumbu sedap menghiasi piring cerita ini, tentang kisah cinta Si Anu dan Si Ana, tengtang Si Itu dan Si Ini yang mendadak putus setelah mereka berdua melenggang meninggalkan pulau penyengat.


                Terlepas ini mitos atau fakta kita mencoba melihat sisi positifnya saja. “Masyarakat pulau penyengat yang mayoritas Muslim ‘sepertinya’ tidak ingin aktivitas pacaran terjadi di kawasan mereka. Kisah putusnya asmara antara Si Anu dan Si Ana setelah berkunjung ke Pulau Penyengat  menjadi strategi self defens dengan menghembuskan warta bahwa membawa pacar ke Pulau Penyengat bisa menyebabkan pacaran menjadi bubaran”. Ini pandangan saya tentang kepercayaan tadi. Jika ditulis dengan bahasa hukum akan berbunyi “dilarang pacaran di Pulau Penyengat”. Namun karena mayoritas masyarakat Melayu mencintai kalimat sastra santun dalam rangkaian indah pantun, puisi, dan gurindam  maka kalimat yang keluar adalah “kalau ingin pacarannya langgeng, jangan membawa pacar ke pulau penyengat”, atau "Supaya cinta kamu abadi, jangan pacaran di Pulau Penyengat". Untungnya masyarakat pulau yang ramah-ramah tidak sampai membuat peristilahan “pacaran di Pulau Penyengat dapat menyebabkan serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin, kadas, kurap, kudisan, dll”. Pungut hikmahnya, tendang  yang mendua. Eeehh.




EmoticonEmoticon

Info Amirenesia