Ilustrasi |
Sang
muridpun melanjutkan perjalannannya. Beberapa bulan kemudian dia dihadang oleh
segerombolan perampok yang merampas habis seluruh perbekalannya. Dalam kalutnya
dia segera menghakimi bahwa merekalah makhluk terburuk yang ada di dunia. Kembali
dia merenung. Keyakinannyapun bergeser lagi. Para perampok bukanlah makhluk
terburuk di dunia, siapa tahu mereka melakukan itu untuk menghidupi keluaganya,
atau siapa tahu harta tersebut dibagikan kepada orang-orang miskin sebagaimana
kisah-kisah yang pernah dia dengar dari gurunya. Sang muridpun melanjutkan lagi
perjalanannya.
Hingga
pada suatu hari murid yang taat ini menemukan seekor anjing kudisan yang
teronggok sakit di tempat pembuangan dengan sampah berserakan. Bau menyengat
yang sangat tajam menyebar keluar dari sekujur tubuhnya. Dengan bermasker
dilumuri minyak wangi si murid menyeret anjing menuju rumah sang guru. Kurang 10
KM perjalanan si murid berhenti dan kembali berfikir, “apa salahnya anjing
hingga kuseret-seret menuju rumah guru ?” Si murid pulang dengan lunglai bertangan
hampa setelah memandikan anjing dan memberinya wewangian harum.
Sesampainya di rumah sang guru menanyakan di mana makhluk terburuk yang dicarinya selama dua tahun. Dengan menunduk si murid menjawab, “sayalah makhluk terburuk itu, guru. Semua makhluk yang saya temui dan hampir saya bawa pulang memiliki kabaikannya masing-masing. Sedangkan saya hanya mencari-cari keburukan yang ada pada mereka”.
EmoticonEmoticon