Wednesday, December 28, 2016

KISAH CINTA ZAINAB PUTRI RASUL & KALUNG KHADIJAH

Tags




Ilustrasi: beautiful woman using veil

Pada suatu hari menghadaplah Abul 'Ash bin Rabie' kepada Nabi S.A.W, yaitu sebelum beliau diutus menjadi Nabi, kemudian berkata kepada Nabi s.a.w: "Aku ingin meminang putrimu Zainab." 

Abul Ash merupakan seorang pria yang terkenal dengan tampan, rupawan, kaya, berharta, yang membuat siapapun terpana dan terpesona ketika melihatnya.

Nabi SAW menjawab, "Aku tidak bisa menjawab mu sebelum aku memberi tahu Zainab perihal pinanganmu (apa dia setuju apa tidak)." Kemudian Nabi saaw masuk kpd Zainab dan barkata padanya: "Putra bibimu (Abul 'Ash datang padaku dan dia meminangmu, apa engkau setuju menerimanya sebagai suami?"

Seketika wajahnya memerah, kemudian tersenyum.

Nabi SAW keluar menemui Abul 'Ash memberitahu kalau puteri beliau setuju untuk menjadi isterinya.

Maka menikahlah Zainab dengan Abul 'Ash bin Rabie' dan dimulailah kisah cinta yang dahsyat antara dua sejoli yang saling mencintai ini.


Dari pernikahan itu mereka dikaruniai putera dan puteri yaitu Ali dan Umamah. Mulailah permasalahan besar bagi pasangan suami isteri ini ketika Nabi SAW dilantik menjadi nabi. Kala itu Abul 'Ash sedang musafir untuk berdagang. Ketika dia kembali ke kota Makkah, dia mendapatkan sang istri  sudah masuk Islam.

Pada saat Abul 'Ash masuk ke dalam rumah sang istri berkata, "Aku punya berita besar untukmu, sayang". Seketika Abul 'Ash keluar meninggalkan Zainab. Zainab kaget dan berusaha mengejarnya sambil berkata, "Ayahku telah diutus sebagai Nabi dan akupun masuk Islam”. Dia menjawab, "Kenapa engkau tidak memberitahuku?"

Permasalahan yang rumit terjadi.

 Zainab kembali berbicara, "Aku tidak akan mendustakan ayahku dan ayahku bukanlah seorang pendusta, sesungguhnya dia seorang yang jujur dan dipercaya. Aku bukanlah satu-satunya orang yang telah beriman, juga ibuku dan semua saudara-saudaraku, sudah beriman pula putra pamanku (Ali bin Abi thalib ) , putra pamanmu (Usman bin Affan) dan temanmu (Abu Bakar)."

Abul Ash menjawab, "Aku tidak suka dikatakan orang sebagai pengkhianat kaumnya, dan meninggalkan agama nenek moyang hanya untuk menyenangkan istrinya. Walaupun ayahmu bukanlah orang tercela, tidakkah engkau memahamiku dan menghargai pendapatku?"

Zainab berkaca-kaca , "Lalu siapa yg akan memahamimu kalau bukan aku? Aku ini istrimu yg ingin membantumu, menuntunmu meraih kebenaran. Dan dia (ayahku, Nabi SAW) menepati semua ucapan-ucapannya selama ini.

Abul 'Ash tetap di dalam kekafirannya.

Kemudian datanglah perintah kepada kaum muslimin untuk hijrah (ke Madinah). Zainab menemui sang ayah  dan berkata, "Ya Rasulallah, bolehkah aku menetap barsama suamiku?"

Nabi SAW menjawab, "Tinggallah bersama suami dan anak-anakmu”.

Maka menetaplah Zainab bersama keluarganya di Mekkah sampai terjadinya perang Badr.

Dalam perang  Badr ini Abul Ash bergabung dengan pasukan perang Quraisy.

Sang suami kini berperang melawan ayah kandungnya. Zainab sangat menghawatirkan saat-saat seperti ini. Dia menangis dan berkata, "Ya Allah aku takut pada suatu hari dimana matahari terbit kemudian anak-anakku menjadi yatim, dan aku takut kehilangan ayahku."

Kaum kafir Quraisy mengalami kekalahan pada perang Badr ini. Abul 'Ash bin Rabie' menjadi salah satu tawanan perang dan dibawa ke kota Madinah.

Berita tentang kekalahan kaum kafir Quraisy sampai di Makkah.

Zainab bertanya-tanya, "Apa yg terjadi pada ayahku?".

"Orang Muslim menang." Jawab mereka.

Zainabpun bersujud syukur pada Allah. Kemudian dia bertanya lagi, "Apa yg terjadi pada suamiku?"

Mereka menjawab, "Suamimu telah menjadi tawanan perang kerabatnya."

"Aku akan memberikan tebusan" (agar suaminya di bebaskan), kata Zainab.

Akan tetapi Zainab tidak memiliki barang berharga untuk menebus sang suami yg ditawan. Kemudian dia melepas kalung kesayangan dari ibundanya (Khadijah Al-Kubra as) yg menghiasi lehernya.

Maka Zainab mengirimkan kalung itu melalui saudara Abul 'Ash bin Rabie' kepada Rasulallah SAW di Madinah.

Pada saat penyerahan harta penebus, Nabi saw sedang berada di tengah-tengah sahabatnya di Masjid. Beliau sedang menerima tebusan dari para tawanan dan membebaskan mereka. Ketika Nabi SAW melihat kalung Sayyidah Khadijah as beliau terkejut dan terharu. Beliau bertanya, "Tebusan untuk siapakah ini?".

"Ini tebusan untuk menebus Abul 'Ash bin Rabie'", Jawab para shahabat.

Nabi SAW menangis tersedu dan berkata, "Ini adalah kalung milik Khadijah”.

Nabi SAW bangkit berdiri seraya berkata, "Wahai kalian semua, orang ini bukanlah menantu yg tercela, maukah kalian membebaskannya, dan sudikah kalian mengembalikan kalung ini?"



Serentak para shahabat menjawab, "Kami rela dan setuju ya Rasulallah."

Nabipun menyerahkan kalung itu kembali kpd Rabie' bin Ash (sdrnya Abul 'Ash) dan berkata padanya, "Sampaikan kpd anakku Zainab jangan pernah mensia-siakan kalung Khadijah ini."

Dan berkata lagi, "Wahai Abal 'Ash bolehkan aku berbisik kepadamu?"

Kemudian Nabi SAW membawanya kesamping dan berbisik padanya, "Wahai Abal 'Ash, sesungguhnya Allah telah perintahkan aku untuk memisahkan wanita muslimah dari lelaki kafir, bolehkah engkau mengembalikan putriku padaku?" .

"Baiklah",  jawab Abul 'Ash.

Ketika rombongan Abul 'Ash tiba di kota Makkah, keluarlah Zainab untuk menyambut kedatangan suaminya di pintu masuk kota Mekkah. Ketika melihat sang istri dengan spontan Abul ‘Ash berkata, "Aku akan pergi".

"Kemana kau akan pergi?" tanya Zainab.

"Tidak, bukan aku yg akan pergi, tapi engkau yg akan pergi menyusul ayahmu”.

"Tapi kenapa?" Tanya Zainab.

"Untuk memisahkan antara aku dan engkau, pergilah kembali kepada ayahmu."

Kalau begitu maukah kau menemaniku pergi dan masuk islam?".

"Tidak’,  Kata Abul 'Ash.

Maka berhijrahlah Zainab membawa putra dan putrinya ke Madinah. Di kota Madinah banyak pria berdatangan meminang Zainab selama enam tahun. Akan tetapi semua di tolak nya dengan harapan kelak bisa kembali kpd suaminya tercinta.

Setelah enam tahun berlalu, kafilah dagang Abul 'Ash pergi dari Mekkah menuju ke Syam. Mereka salah arah, menuju ke kota Madinah. Di Madinah dia bertemu dengan sekelompok sahabat Nabi SAW. Diapun bertanya, "Dimana rumah Zainab?". Setelah di beri tahu dia mengetuk pintu rumah Zainab, kala itu menjelang fajar. Terperanjatlah Zainab melihatnya,

"Apakah kedatangan mu untuk masuk Islam?" , tanya Zainab.

"Tidak", Jawab Abul 'Ash, "Aku pelarian yg butuh perlindungan”.

"Tidakkah tiba saatnya kau masuk Islam?" tanya Zainab lagi.

"Tidak". jawabnya lagi.

"Kalau begitu jangan takut aku jamin keselamatanmu. Selamat datang putra bibiku, selamat datang ayah Ali dan Ayah Umamah", kata Zainab.

Setelah Nabi selesai sholat shubuh, terdengar suara dari ujung masjid,

"Aku telah menjamin Abul Ash bin Rabie'”.

"Apa kalian mendengar apa yg aku dengar, wahai sahabatku?", tanya Nabi SAW.

Para sahabat menjawab, "Mendengar ya Rasulullah."

Zainab berkata, "Ya Rasulallah, sesungguhnya Abul 'Ash jika dianggap orang jauh sebenarnya dia adalah putra bibiku, kalau dianggap dekat maka dia adalah ayah dari anak-anakku, maka aku memberikan perlindungan untuknya."
Nabi kemudian berdiri dan bersabda, "Wahai kalian semua, sebenarnya orang ini bukan mantu yg tercela, orang ini kata katanya padaku jujur, dan janjinya kepadaku dia tepati, kalau kalian setuju kita kembalikan harta dagangannya dan kita lepaskan dia kembali ke kotanya, ini keinginanku, tetapi kalau kalian tidak setuju maka keputusan di tangan kalian dan kalian pada posisi yang benar, dan aku tidak akan menyalahkan kalian."

Mereka menjawab, "Kami kembalikan hartanya ya Rasulallah”.

Maka Nabi SAW bersabda, "Kami telah melindungi yang engkau jamin wahai Zainab."

Kemudian Nabi saaw menemui Zainab di rumahnya dan berpesan padanya, "Wahai putriku, hormatilah keberadaannya sesungguhnya dia adalah putra bibimu dan ayah anak-anakmu, tapi janganlah berkumpul dengannya karena dia tidak halal bagimu”.

 "Baik ya Rasulallah." Jawab Zainab.

Zainabpun masuk ke rumahnya. Di hadapan Abul 'Ash bin Rabie' dia bertanya, "Wahai Abal Ash apa mudah bagimu meninggalkan kami? Tidakkah kau ingin masuk Islam dan tinggal bersama kami?"

"Tidak." kata Abul 'Ash

Abul Ash kemudian mengumpulkan dagangannya dan pulang kembali ke Makkah. Sampai di Makkah dia berdiri dan berkata, "Wahai kalian semua, ini adalah harta dagangan kalian, apakah ada bagian kalian yg kurang?"

 "Semoga Tuhan membalas kebaikanmu, engkau sdh melakukan yg terbaik.", jawab kaumnya.

Abul Ash lalu melanjutkan kata katanya, "Maka, dengarkanlah duhai kaumku. Sekarang aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."

Kemudian dia kembali ke Madinah. Sesampai di Madinah dia menemui Rasulallah SAW dan berkata pada Nabi, "Ya Rasulallah, kemarin kau lindungi aku, dan sekarang aku datang kepadamu untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah utusan Allah”, lanjutnya, "Ya Rasulallah apakah engkau izinkan aku kembali pada Zainab?"

“Ikutlah bersamaku”, kata Nabi saw.

Kemudian keduanya berhenti di depan pintu rumah Zainab lalu mengetuknya.

"Wahai Zainab," panggil sang Nabi, ini putra bibimu datang padaku hari ini dan meminta izinku untuk kembali kepadamu, apakah kau mau menerimanya?"

BAK MAWAR MEREKAH WAJAH ZAINAB MEMERAH, LALU TERSENYUM.

Setelah satu tahun dari kejadian ini, Zainab wafat. Abul 'Ash menangis dengan tangisan yg sangat memilukan, sehingga orang-orang melihat Nabi saw mengusap airmatanya dan berusaha menenangkannya. Abul 'Ash dalam isak tangisnya berbisik, "Ya Rasulallah, sungguh demi Allah aku tidak lagi mampu bertahan hidup setelah Zainab."

Persis satu tahun setelah wafatnya Zainab, Abul Ash pergi menyusul Zainab.

Tidakkah anda melihat kesetiaan dan cinta seperti ini ? Alangkah dahsyatnya kisah cinta ini.

Sesungguhnya mata patut menangis, sebagai rasa hormat kepada peran sang Ayah yg mulia, suami yg tahu balas budi serta seorang isteri yang shalehah.


EmoticonEmoticon

Info Amirenesia