Sunday, April 3, 2016

SJ88 JEMBER : MENGEJAR SUN RISE DI DESA SUCOPANGEPOK, KECAMATAN JELBUK, JEMBER





 Mengisi hari libur dengan berjalan-jalan bersama sahabat dan orang-orang dekat pasti terasa sangat nikmat. Apalagi mengunjungi tempat-tempat indah dengan pemandangan yang alam Indonesia yang selalu mempesona; selain rafreshing juga tambah pengalaman baru dan menambah teman baru. merefresh pikiran, mendelete beban-beban perasaan, dan mencopy-paste inspirasi yang datang dari alam sekitar, hubungan dengan orang-orang dekatpun akan semakin akrab sehingga kerjasama team akan tambah mantap. Eeehh,,, kok kayak nulis skript buat majalah ajja.. santai aja broo.. hahaha
J88 merupakan tempat wisata yang sedang booming di wilayah jember, bondowoso, dan wilayah tapal kuda yang lainnya. J88= Jelbuk 88 terletak di desa Sucopangepok, kecamatan Jelbuk, kabupaten jember.jarak tempuh dari alun-alun jember sekitar 25km, dengan estimasi/perkiraan waktu 45 menit untuk sampai ke tempat parkir kendaraan. Dari jember kami (saya, orit, candra) berangkat bertiga untuk menyambut pesona mentari dan menikmati masa muda di Sabtu pagi, 2 April 2016. Perjalanan dimulai pukul 04.00 pagi, setelah solat subuh. Arah yang kami tuju sangat jelas, yaa benar, dari Jember kearah hatimu. Hahaha. Ke arah Bondowowoso maksudnya. Jalanan masih sepi, konon anak-anak jalanan masih pada tidur sehabis shooting film semalam. Tepat pertigaan pertama setelah kantor POLSEK Jelbuk, kendaraan kami belokkan ke kiri mengikuti jalan yang masih beraspal dan lampu jalan berwarna kuning yang masih menyorot tajam. Terus saja ikuti jalan, rambu-rambu sangat jelas. Kami tidak malu bertanya, ketika melewati persimpangan jalan yang membingungkan dan tak ada rambu-rambu jalan, kami gunakan karunia Tuhan berupa mulut untuk bertanya kepada warga sekitar, daripada kesasar.
 
Desa Sucopangepok di pagi hari sudah hidup. warga sudah memulai aktivitas rutin mereka di subuh hari dengan mengunjungi kantor tempat mereka bekerja, sawah. Dijalan, kami banyak berpapasan dengan warga yang menenteng alat-alat perkantoran: sabit, cangkul, ember, dll bahkan ada juga yang membawa alat canggih pembajak sawah yang bernama sapi. Benar-benar suasana desa seperti yang sering saya baca di buku SD dulu. Petani, kata pepatah: Al-fallahu sayyidul bilaadi, wa maalikuhu al hakiki (petani adalah tuannya negara dan raja yang sesungguhnya); raja harus dimuliakan. Jangan kau main-mainkan harga pupuk, jangan kau ombang-ambingkan harga beras, beri pelayanan maksimal kepada raja alam ini, atau kamu bakal kelaparan. Peringatan ! jangan sekali-kali say  hello kepada warga setempat. Takutnya salah paham. Sabit dan cangkul mereka tajam. Cukup sapa mereka dengan: assalamualaikum (yang menjadi doa buat mereka) atau bunyikan bel/klakson sambil tersenyum , atau bisa juga dengan sapaan “mari pak, permisi pak”, dan lain-lain. Warga desa suka dengan pengunjung yang ramah.
PUNCAK SJ88 JEMBER 
Jalan yang berliku-liku, perlu kehati-hatian. Naik-turunnya jalanan perbukitan ditambah dengan variasi lubang-lubang jalan membutuhkan kewaspadaan. Kanan kiri merupakan persawahan hijau yang tampak teduh dan sejuk di pagi ini. Tidak memakan waktu lama untuk sampai di tempat parkir kendaraan. Kendaraan diparkirkan di latar masjid dengan penjagaan petugas keamanan. Santai saja, mereka ramah, bukan petugas dan aparat yang kasar dan suka-suka dewe menganiaya bahkan membunuh warga tak bersalah dan menjadi hakim buat rakyat dengan vonis terroris.
 
Perjalanan kami dimulai dari tempat parkir. Berjalan kaki menuju puncak SJ88. Jalanan pertamanya landai, bagus, gampang. Masih aspal dengan suguhan pemandangan alam. Tanda penah yang menunjukkan arah puncak bukit banyak terlihat, banyak dipasang, sehingga minim ada resiko tersesat atau kesasar, kecuali bagi mereka yang nakal dan coba-coba membangun jalur baru tanpa izin dari petugas yang handal. Jalan berubah susah ketika melewati tanda panah pertama, menuju ke puncak bukit. Track yang terus mendaki, terjal sekali. Untungnya cuaca kemarin dan semalam cukup baik, tidak hujan, sehingga track tidak becek, licin dan masih under the control. Hanya saja secara fisik kami semakin jarang melatih diri dengan olahraga, sehingga capeknya sangat terasa. Kaki yang terus berjalan naik tiba-tiba bergetar-getar sendiri, seakan protes dan minta untuk turun ke parkiran serta undur diri. Untungnya jalan kaki ini tidak membutuhkan waktu lama, cukup sebentar, hanya sekitar 30 menit saja. Track menanjak ini melewati perkebunan yang diolah warga. Sudah banyak ditemukan gubuk-gubuk yang dipakai warga untuk berjualan minuman dan makanan ringan di kanan-kiri jalan. Tidak perlu khawatir kelaparan.
 
Tidak berapa lama berjalan kami mendengar suara genjrengan gitar dan nyanyi nyanyian. Ohh anak-anak muda. Mereka manusia-manusia haus ilmu dan pengalaman yang menghabiskan malam dengan ngecamp di puncak bukit SJ88. Anak muda wajar dengan kebebasan, nakal dan liar, asalkan tidak meninggalkan solat, tidak durhaka pada orang tua, dan tetap konsentrasi memperbaiki etika; begitulah hikmah dari ngecamp dan bertapa. Ternyata puncak SJ88 penuh dengan bongkahan batu besar. Butuh keberanian, mental baja dan tenaga ekstra untuk naik ke puncaknya. Ada beberapa anak tangga yang harus dilewati, ada beberapa utas tali tambang untuk berpegangan, dan ada banyak anak tangga yang harus diinjak-injak dengan semangat membara. Puncak sudah terlihat. Ohh, ternyata yang disebut puncak SJ88 adalah puncak bongkahan batu besar. Butuh sedikit keahlian panjat tebing untuk menggapi puncaknya. Puncak tinggi ini tidak menjamin anda bisa menaikinya dengan selamat, ataupun turun dengan selamat. Namun sejauh ini belum ada korban jatuh yang terdengar. Jangan mengenakan celana ketat, jangan menggunakan sepatu ber-hak tinggi kalau ingin menikmati pesona puncak dan turun dengan selamat. Celana ketat dan sepatu ber-hak tinggi adalah barang haram bagi para pecinta alam. 

Beruntung. Kami tiba di puncak saat sun-rise terlihat. Rona merah matahari yang muncul dari balik gunung raung mengingatkanku pada wajah kekasih hati di negeri seberang sana. Sangat indah, sangat cantik. Pasti Pembuatnya adalah sang Maha Indah. wajah kami jadi kemerah-merahan, seperti gadis yang sedang dipinang. Pemandangan yang mempesona. Pemandangan yang terlihat bebas, lepas, dan luas membentang dari barat ke timur, utara ke selatan. Gunung raung terlihat jelas. Pegunungan argopuro terlihat terang diterpa sinar surya. Menikmati keindahan alam seperti ini menyebabkan lalai. Lalai kepada keselamatan yang seharusnya diutamakan. Nyawa dan keselamatan sampai dirumah lagi jauh lebih penting dan berharga daripada photo selfie serta aksi-aksi nekat yang berbahaya.  Rombongan lain yang ngecamp sedang asik bercengkerama sambil bernyanyi-nyanyi bahagia. Saya yakin mereka adalah wisatawan yang terhormat. Cukup mudah membedakan antara wisatawan yang terhormat dan yang tidak terhormat. Wisatawan yang terhormat akan mengumpulkan sampah mereka dan membuangnya di tempat sampah yang ada di parkiran. Oh iya tambahan, wisatawan yang terormat tidak akan corat-coret dan tebang-tebang pohon.
Konon katanya sj88 ini merupakan peninggalan orang-orang dahulu. Bentuk batunya unik, seperti lapisan-lapisan piring. Halus dan segaris rapi. Kalau ada waktu, silahkan sempatkan untuk berkunjung ke sini. Ceritanya malam ini saya lagi insomNia, dari pada melakukan hal negatif mendingan belajar menulis. Menulis cerita perjalanan saya bersama teman-teman pagi tadi.

DOKUMENTASI POTO:

BANG CANDRA DI ATAS BATU

PARA PENGUNJUNG YANG NGECAMP

MBAK INI KAGUM DENGAN ANAK-ANAK PEMBERANI
KAMI DI PINTU MASUK
 

KEMARILAH DI PAGI HARI. SUNRISE GUNUNG RAUNG

 

SAWAH PENDUDUK

 RUTE TRACK YANG TERJAL


 BACA JUGA ARTIKEL KAMI:


EmoticonEmoticon

Info Amirenesia