Mengisi hari libur dengan
berjalan-jalan bersama sahabat dan orang-orang dekat pasti terasa sangat
nikmat. Apalagi mengunjungi tempat-tempat indah dengan pemandangan yang alam
Indonesia yang selalu mempesona; selain rafreshing juga tambah pengalaman baru dan menambah teman baru. merefresh pikiran, mendelete beban-beban perasaan, dan mencopy-paste inspirasi yang datang dari alam sekitar, hubungan
dengan orang-orang dekatpun akan semakin akrab sehingga kerjasama team akan
tambah mantap. Eeehh,,, kok kayak nulis skript buat majalah ajja.. santai aja
broo.. hahaha
J88 merupakan tempat wisata yang
sedang booming di wilayah jember, bondowoso, dan wilayah tapal kuda yang
lainnya. J88= Jelbuk 88 terletak di desa Sucopangepok, kecamatan Jelbuk,
kabupaten jember.jarak tempuh dari alun-alun jember sekitar 25km, dengan
estimasi/perkiraan waktu 45 menit untuk sampai ke tempat parkir kendaraan. Dari
jember kami (saya, orit, candra) berangkat bertiga untuk menyambut pesona mentari
dan menikmati masa muda di Sabtu pagi, 2 April 2016. Perjalanan dimulai pukul
04.00 pagi, setelah solat subuh. Arah yang kami tuju sangat jelas, yaa benar,
dari Jember kearah hatimu. Hahaha. Ke arah Bondowowoso maksudnya. Jalanan masih
sepi, konon anak-anak jalanan masih pada tidur sehabis shooting film semalam. Tepat
pertigaan pertama setelah kantor POLSEK Jelbuk, kendaraan kami belokkan ke kiri
mengikuti jalan yang masih beraspal dan lampu jalan berwarna kuning yang masih menyorot
tajam. Terus saja ikuti jalan, rambu-rambu sangat jelas. Kami tidak malu
bertanya, ketika melewati persimpangan jalan yang membingungkan dan tak ada
rambu-rambu jalan, kami gunakan karunia Tuhan berupa mulut untuk bertanya
kepada warga sekitar, daripada kesasar.
Desa Sucopangepok di pagi hari
sudah hidup. warga sudah memulai aktivitas rutin mereka di subuh hari dengan
mengunjungi kantor tempat mereka bekerja, sawah. Dijalan, kami banyak
berpapasan dengan warga yang menenteng alat-alat perkantoran: sabit, cangkul,
ember, dll bahkan ada juga yang membawa alat canggih pembajak sawah yang
bernama sapi. Benar-benar suasana desa seperti yang sering saya baca di buku SD
dulu. Petani, kata pepatah: Al-fallahu
sayyidul bilaadi, wa maalikuhu al hakiki (petani adalah tuannya negara dan
raja yang sesungguhnya); raja harus dimuliakan. Jangan kau main-mainkan harga
pupuk, jangan kau ombang-ambingkan harga beras, beri pelayanan maksimal kepada
raja alam ini, atau kamu bakal kelaparan. Peringatan ! jangan sekali-kali say hello kepada warga setempat. Takutnya salah
paham. Sabit dan cangkul mereka tajam. Cukup sapa mereka dengan: assalamualaikum (yang menjadi doa buat
mereka) atau bunyikan bel/klakson sambil tersenyum , atau bisa juga dengan
sapaan “mari pak, permisi pak”, dan lain-lain. Warga desa suka dengan
pengunjung yang ramah.
Jalan yang berliku-liku, perlu
kehati-hatian. Naik-turunnya jalanan perbukitan ditambah dengan variasi
lubang-lubang jalan membutuhkan kewaspadaan. Kanan kiri merupakan persawahan
hijau yang tampak teduh dan sejuk di pagi ini. Tidak memakan waktu lama untuk
sampai di tempat parkir kendaraan. Kendaraan diparkirkan di latar masjid dengan penjagaan petugas
keamanan. Santai saja, mereka ramah, bukan petugas dan aparat yang kasar dan
suka-suka dewe menganiaya bahkan
membunuh warga tak bersalah dan menjadi hakim buat rakyat dengan vonis
terroris.
Perjalanan kami dimulai dari
tempat parkir. Berjalan kaki menuju puncak SJ88. Jalanan pertamanya landai,
bagus, gampang. Masih aspal dengan suguhan pemandangan alam. Tanda penah yang
menunjukkan arah puncak bukit banyak terlihat, banyak dipasang, sehingga minim
ada resiko tersesat atau kesasar, kecuali bagi mereka yang nakal dan coba-coba
membangun jalur baru tanpa izin dari petugas yang handal. Jalan berubah susah
ketika melewati tanda panah pertama, menuju ke puncak bukit. Track yang terus
mendaki, terjal sekali. Untungnya cuaca kemarin dan semalam cukup baik, tidak
hujan, sehingga track tidak becek, licin dan masih under the control. Hanya saja secara fisik kami semakin jarang
melatih diri dengan olahraga, sehingga capeknya sangat terasa. Kaki yang terus
berjalan naik tiba-tiba bergetar-getar sendiri, seakan protes dan minta untuk
turun ke parkiran serta undur diri. Untungnya jalan kaki ini tidak membutuhkan
waktu lama, cukup sebentar, hanya sekitar 30 menit saja. Track menanjak ini
melewati perkebunan yang diolah warga. Sudah banyak ditemukan gubuk-gubuk yang
dipakai warga untuk berjualan minuman dan makanan ringan di kanan-kiri jalan. Tidak
perlu khawatir kelaparan.
Tidak berapa lama berjalan kami
mendengar suara genjrengan gitar dan nyanyi nyanyian. Ohh anak-anak muda. Mereka
manusia-manusia haus ilmu dan pengalaman yang menghabiskan malam dengan ngecamp
di puncak bukit SJ88. Anak muda wajar dengan kebebasan, nakal dan liar, asalkan
tidak meninggalkan solat, tidak durhaka pada orang tua, dan tetap konsentrasi
memperbaiki etika; begitulah hikmah dari ngecamp
dan bertapa. Ternyata puncak SJ88 penuh dengan bongkahan batu besar. Butuh keberanian,
mental baja dan tenaga ekstra untuk naik ke puncaknya. Ada beberapa anak tangga
yang harus dilewati, ada beberapa utas tali tambang untuk berpegangan, dan ada
banyak anak tangga yang harus diinjak-injak dengan semangat membara. Puncak
sudah terlihat. Ohh, ternyata yang disebut puncak SJ88 adalah puncak bongkahan
batu besar. Butuh sedikit keahlian panjat tebing untuk menggapi puncaknya. Puncak
tinggi ini tidak menjamin anda bisa menaikinya dengan selamat, ataupun turun
dengan selamat. Namun sejauh ini belum ada korban jatuh yang terdengar. Jangan mengenakan
celana ketat, jangan menggunakan sepatu ber-hak tinggi kalau ingin menikmati pesona
puncak dan turun dengan selamat. Celana ketat dan sepatu ber-hak tinggi adalah
barang haram bagi para pecinta alam.
Beruntung. Kami tiba di puncak
saat sun-rise terlihat. Rona merah matahari yang muncul dari balik gunung raung
mengingatkanku pada wajah kekasih hati di negeri seberang sana. Sangat indah,
sangat cantik. Pasti Pembuatnya adalah sang Maha Indah. wajah kami jadi
kemerah-merahan, seperti gadis yang sedang dipinang. Pemandangan yang
mempesona. Pemandangan yang terlihat bebas, lepas, dan luas membentang dari
barat ke timur, utara ke selatan. Gunung raung terlihat jelas. Pegunungan argopuro
terlihat terang diterpa sinar surya. Menikmati keindahan alam seperti ini
menyebabkan lalai. Lalai kepada keselamatan yang seharusnya diutamakan. Nyawa dan
keselamatan sampai dirumah lagi jauh lebih penting dan berharga daripada photo
selfie serta aksi-aksi nekat yang berbahaya. Rombongan lain yang ngecamp sedang asik
bercengkerama sambil bernyanyi-nyanyi bahagia. Saya yakin mereka adalah
wisatawan yang terhormat. Cukup mudah membedakan antara wisatawan yang
terhormat dan yang tidak terhormat. Wisatawan yang terhormat akan mengumpulkan
sampah mereka dan membuangnya di tempat sampah yang ada di parkiran. Oh iya
tambahan, wisatawan yang terormat tidak akan corat-coret dan tebang-tebang
pohon.
Konon katanya sj88 ini merupakan
peninggalan orang-orang dahulu. Bentuk batunya unik, seperti lapisan-lapisan
piring. Halus dan segaris rapi. Kalau ada waktu, silahkan sempatkan untuk
berkunjung ke sini. Ceritanya malam ini saya lagi insomNia, dari pada melakukan
hal negatif mendingan belajar menulis. Menulis cerita perjalanan saya bersama
teman-teman pagi tadi.
DOKUMENTASI POTO:
BANG CANDRA DI ATAS BATU
PARA PENGUNJUNG YANG NGECAMP
MBAK INI KAGUM DENGAN ANAK-ANAK PEMBERANI
KAMI DI PINTU MASUK
KEMARILAH DI PAGI HARI. SUNRISE GUNUNG RAUNG
SAWAH PENDUDUK
RUTE TRACK YANG TERJAL
BACA JUGA ARTIKEL KAMI:
EmoticonEmoticon